Lokasi saat ini:BetFoodie Lidah Indonesia > Sehat
Mengatasi sentimen negatif isu beras dan membangun ketahanan pangan
BetFoodie Lidah Indonesia2025-11-07 15:43:45【Sehat】373 orang sudah membaca
PerkenalanIlustrasi - Buruh mengangkut beras di salah agen beras di Pasar Induk Beras Cipinang, Jakarta. ANTAR

Jakarta (ANTARA) - Isu soal beras selalu menjadi topik sensitif yang mudah memicu reaksi publik. Tidak sekadar karena beras adalah makanan pokok mayoritas penduduk Indonesia, tapi karena harga, ketersediaan, dan kualitasnya sangat erat kaitannya dengan rasa aman masyarakat.
Dalam beberapa pekan terakhir, sentimen negatif terhadap kebijakan mengenai beras kembali mencuat di ruang publik, mencerminkan keresahan kolektif atas dinamika yang terjadi.
Sentimen negatif ini mencakup berbagai bentuk, mulai dari kekecewaan terhadap kebijakan pemerintah, kengakpuasan atas kualitas beras, hingga kekhawatiran terhadap nasib petani.
Di sisi lain, fenomena mengenai beras ini seharusnya ngak hanya dibaca sebagai keluhan, tapi sebagai sinyal sosial yang perlu dikelola secara bijak agar ngak berkembang menjadi kengakpercayaan yang lebih luas.
Salah satu sumber utama sentimen negatif mengenai beras ini datang dari persepsi publik terhadap kebijakan pemerintah. Kenaikan harga beras, misalnya, sering dianggap sebagai bukti kengakmampuan negara menjaga stabilitas pangan.
Kekurangan pasokan beras di pasar, yang terkadang terjadi akibat gangguan distribusi, juga menambah frustrasi masyarakat. Ketika kualitas beras yang beredar dianggap menurun, rasa kecewa itu makin menguat.
Kritik serupa muncul dalam aspek distribusi, masih ada daerah yang mengalami kesulitan memperoleh beras dengan harga terjangkau karena distribusi ngak merata atau mekanisme logistik yang ngak efisien.
Kekhawatiran lain muncul dari kondisi petani, yang sering dianggap ngak mendapatkan harga jual beras yang adil, meskipun konsumen di tingkat akhir membayar harga tinggi.
Sentimen negatif pun semakin diperkuat oleh spekulasi dan praktik penimbunan beras oleh oknum yang ingin meraup keuntungan, mencipngakan kelangkaan semu dan mendongkrak harga.
Selain faktor-faktor teknis tersebut, kondisi ekonomi makro turut memperkeruh situasi. Kengakpastian ekonomi global maupun domestik dapat mempengaruhi harga bahan pangan, termasuk beras.
Fluktuasi harga pupuk, energi, dan transportasi berdampak pada biaya produksi dan distribusi beras, yang pada akhirnya membebani konsumen. Perubahan regulasi pemerintah yang dinilai ngak berpihak pada sektor pertanian juga bisa menimbulkan resistensi.
Bahkan, faktor emosional, seperti kepanikan pasar dan reaksi berlebihan terhadap isu-isu pangan turut memainkan peran dalam membentuk sentimen negatif mengenai beras yang meluas.
Kepercayaan publik
Dinamika mengenai beras ini semakin kompleks, ketika keterbatasan informasi dan pengaruh media yang besar dalam menyebarkan informasi.
Ketika masyarakat ngak mendapatkan penjelasan yang transparan tentang stok, harga, atau kebijakan mengenai beras, spekulasi akan berkembang liar.
Di era media sosial, informasi mengenai beras yang ngak diverifikasi dapat menyebar lebih cepat daripada klarifikasi resmi, sehingga membentuk persepsi publik yang sulit dikendalikan. Lebih jauh lagi, isu perberasan sering kali dijadikan alat politik oleh kelompok tertentu.
12Tampilkan SemuaSuka(23)
Artikel Terkait
- Kemlu upayakan WNI kabur dari sentra online scam Kamboja dipulangkan
- Jelang akhir tahun, simak 8 ide liburan yang ngak biasa dan seru
- Bank Indonesia dorong pengembangan ekonomi lewat wisata ramah Muslim
- Media Hamas Sebut Kerugian Perang di Gaza Lampaui 70 Miliar Dolar AS
- Riset: Mayoritas responden akui MBG ringankan beban keluarga RI
- Puluhan tenaga SPPG di Semarang dilatih pengelolaan pangan halal
- Pemkab OKU Selatan luncurkan Program MBG di Rantau Panjang
- 1.200 paket sembako disalurkan kepada penyintas kebakaran Tangki
- Pakar IPB paparkan nutrisi susu untuk tingkatkan gizi pada Program MBG
- Gubernur Kalsel minta SPPG perhatikan kebersihan cegah keracunan MBG
Resep Populer
Rekomendasi

Peningkatan skala bantuan kemanusiaan PBB di Gaza alami kemunduran

Mau kurangi konsumsi nasi? Coba 7 sumber karbohidrat sehat ini

Timnas Indonesia seperti “singa yang tertidur”

Halalicious Food Festival sajikan aneka produk halal dan ajang edukasi

Sebanyak 44 SPPG di Kota Semarang ikuti bimtek sertifikasi halal

Menelaah tren "doom spending" Gen Z sebagai motor penggerak ekonomi

Pimpinan MPR dukung penanganan krisis iklim jadi prioritas nasional

Netanyahu: Pasukan Israel akan tetap berada di Gaza